Budiman Sudjatmiko - Cah Majenang Sing Kumencar


Walau sudah lama terjun di gerakan mahasiswa, nama Budiman Sudjatmiko melambung tatkala meletus Peristiwa 27 Juli 1996. Kala itu ia Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD), yang dituding oleh pemerintah berada di balik kerusuhan massa. Sebab, PRD tampak aktif “menunggangi” demonstrasi massa PDI Megawati. Ia dan aktivis PRD lainnya diburu, ditangkap, dan diadili, serta dipenjara. Budiman tertangkap di Bekasi, 11 Agustus 1996, kemudian menjalani masa-masa persidangan yang melelahkan. Oleh majelis hakim PN Jakarta Pusat, ia dijatuhi hukuman 13 tahun penjara. Pada pemerintahan Abdurrahman Wahid, Budiman dibebaskan, 10 Desember 1999. Justru karena tindak represif itulah nama Budiman sepertinya jadi melegenda sebagai pemuda pemberani.

Budiman, yang sejak kecil biasa bergaul dengan petani dan buruh, saat SMA baik di Yogyakarta maupun di Bogor, sudah bersentuhan dengan kelompok diskusi yang diselenggarakan mahasiswa. Di Bogor, ia pernah ditangkap dan diinterogasi karena membuat forum diskusi. “Hal itulah yang makin menggosok saya untuk terjun di dunia pergerakan,” ujarnya. “Kebetulan sejak kecil saya juga suka membaca sejarah seperti tentang Bung Karno, John F. Kennedy, Mao Tse Tung, dan sebagainya yang saya dapatkan dari gudang buku kakek saya.”

Tahun-tahun pertama kuliah di Fakultas Ekonomi UGM di Yogyakarta, ia membentuk kelompok studi, dan kemudian bergabung dengan gerakan mahasiswa yang sudah ada. Karena pilihannya untuk total berkiprah dalam gerakan, termasuk mengorganisasi petani di Cilacap dan Ngawi, Jawa Timur, Budiman meninggalkan bangku kuliah, sampai orangtuanya syok. Hingga pada 1995 ia dipercaya oleh teman-temannya untuk “mengkudeta” Ketua Perhimpunan Rakyat Demokratik, Sugeng Bahagijo, yang dianggap terlalu moderat. Lalu, bersama pengurus yang lain, ia mendeklarasikan berdirinya Partai Rakyat Demokratik, menjelang peristiwa penyerbuan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta, Juli 1996.

Keluar dari penjara, ia terus memimpin partainya mengikuti Pemilu 1999, walau tak mendapat suara di DPR. Sebagai ketua partai gurem, tak heran jika Budiman naik bus ke mana-mana. Dan ini pernah membuat seorang mahasiswi, yang duduk di sebelahnya dalam sebuah bus, hampir tidak yakin akan apa yang disaksikannya. Di saat namanya lagi menjulang, sepulang dari berorasi dalam suatu demonstrasi, tiba-tiba ada gadis keluar dari mobil dan menghampirinya. Sambil memberikan bunga, si gadis mencium pipi Budiman. “Dia tidak berkeringat dan baunya harum sekali,” kenang Budiman.

Selain aktivitas politik bersama PRD, Walau tidak lagi menjai ketua PRD, ia tetap aktif dalam kegiatan politik partai itu. Namaun di tengah kesibukannya, lelaki berkacamata minus ini masih sempat mengerjakan terjemahan dan riset untuk menyambung hidup. Budiman juga menulis di media massa cetak dan menjadi pembicara dalam beberapa forum nasional maupun internasional. Kini, ia menempuh studi di Program Master pada Departement of Political Studies, School of Oriental and African Studies, University of London. Budiman menyukai sastra, antara lain karya-karya Ernest Hemingway, Pramoedya Ananta Toer, Boris Pasternak, dan Sapardi Joko Darmono. Walau memiliki jiwa pemberontak, ia suka musik lembut, terutama klasik, seperti karya Schubert.


Sumber : Pusat Data dan Analisa TEMPO

0 komentar:

Posting Komentar

 
Dirojong ku Blogger | Dirancang ku Trik-tips Blog © 2009 | Resolution: 1024x768px | Langkung sae upami di tingali nganggo: Firefox | Ka Tepas